Cerita PCOS (4)


H12 kami kontrol untuk liat sel telur setelah dikasi letrozole. Alhamdulillah waktu dicek di indung telur kanan ada 4 telur ngumpul lumayan besar. Saat dicek ukurannya ada yang 1,8 ; 1,5 ; 1 sama 0,8. Kalau saya baca sih ukuran normal telur itu sekitar  1,8 cm sampai 2,4 cm. Setelah itu kami dikasih jadwal berhubungan  seperti biasa. 

Qadarullah saya haid lagi setelah minum letrozole. Jadinya kita konsul lagi ke dokter dan sama Prof Bus kali ini dikasi klomifen lagi plus kombinasi dengan suntik hormon FSH sebanyak 3x (ada jadwalnya) secara mandiri. Suntiknya ini di perut dan rasanya sedikit lebih sakit dibanding pas kita diambil darah di pembuluh darah tangan. Harga suntikan hormon ini lumayan mahal ya sekitar 2,5 juta untuk 3x suntik tadi.

Waktu cek di H13, Prof Bus dan kami agak kaget karena ada 8 telur yang besar, 6 buah ukurannya di atas 2 cm dan ada  2 buah ukurannya sekitar 1,8 cm. Selain itu kondisi endometrium saya lagi bagus banget karena terlihat ada 3 lapis di layar USG. Menurut Prof Bus dengan terapi ini tubuh saya merespon dengan baik sekali padahal dosis hormonnya minimal katanya. Tapi kami agak shock karena setelah itu Prof Bus nyaranin bayi tabung/IVF dengan kondisi ada 8 telur ini agar chance hamilnya lebih besar. Terkait biaya, karena kami skip persiapan bayi tabung sesungguhnya (karena tinggal ovum pick up dan embryo transfer aja), ditambah suami dokter jadi biayanya hanya sekitar 25 juta. Memang terlihat mahal, tapi harga aslinya bayi tabung di atas 60 juta biasanya. Kami diminta  ngasih jawaban dalam 1 jam karena kalo jadi bayi tabung maka saya harus segera disuntik hormon lain. Setelah memantapkan diri dengan menelpon kedua pihak ortu dan ke beberapa teman yang memiliki latar belakang medis plus yang pernah menjalani IVF, saya dan suami akhirnya mengiyakan tawaran Prof Bus tersebut. Selanjutnya saya harus disuntuk pregnyl di area pantat. Agak kaget ternyata biaya 1x suntiknya 1,5 juta sendiri. Pregnyl ini isinya adalah hormon hCG untuk mematangkan oosit dan harus disuntikkan di waktu yang tepat. Setelah itu Prof Bus juga memberi surat pengantar buat kami berdua agar besok tes lab di Pramita.Item yang dites lumayan banyak mulai dari analisis darah lengkap, tes HIV, hepatitis, fungsi hati, dan serology test karena sedang pandemi dengan total biaya sekitar 3 juta. Suami lebih murah dari itu karena tesnya nggak sebanyak saya.

 



Hari Rabu tanggal 28 Oktober 2020 jam setengah 7 saya dan suami sudah tiba di Klinik Fertilitas Graha Amerta karena tindakan dijadwalkan jam 7. Waktu itu mama dan adik-adik saya juga ikut menemani. Sekitar jam 7 saya dipanggil masuk ke dalam ruangan untuk ganti baju operasi dan ditidurkan di ruangan sambil dipasang bius dan ada perawat yang menanyakan beberapa hal. Di saat yang sama suami diarahkan ke ruangan lain untuk mengeluarkan sperma. Saya nunggu agak lama sebelum dipindah ke ruang tindakan sebenarnya. Waktu sudah di ruang tindakan, banyak sekali alat yang ditempel ke badan saya, kayak tensimeter, oxymeter, beberapa tempelan yang ada "kabel" yang nyambung ke beberapa monitor. Jadi agak deg-degan soalnya berasa operasi besar hehe. Selain perawat juga ada dokter anastesi yang sudah lebih dulu datang. Saya nggak inget jumlah pastinya tapi di ruangan tersebut lumayan rame, ada 3 orang lebih yang mondar mandir melakukan persiapan. Saya dikasi tau kalo proses ovum pick up atau OPU ini cepet banget aslinya, hanya sekitar 5-10 menit saja. Cuma karena pasien bakal dibius total makanya perlu persiapan dan prediksi saya bisa keluar ruangan juga sekitar jam 10 atau jam 11an tergantung saya sadarnya kapan. Nggak lama kemudian Prof Bus datang dan dokter anastesi mendekati saya sambil berbisik bahwa obat bius sudah dimasukkan dan nggak lama saya akan tertidur. Beliau menyarankan saya agar tenang dan berdoa. Rasanya nggak sampek 5 detik setelah dokter anastesi bilang gitu saya udah nggak inget apa-apa lagi. 

 

Ilustrasi proses OPU. Menggunakan USG transvaginal yang dilengkapi alat seperti jarum dan juga kamera. Nantinya jarum ini akan menembus dinding rahim langsung menuju ovarium lalu "menghisap" sel-sel telur yang ada. (Sumber: Cambridge University Press)


Saya terbangun mungkin sekitar jam 9 dengan kondisi kebelet pipis wkwk. Tapi saya bingung pas mau bangun semua alat masih menempel di badan saya. Saya sempet berkali-kali manggil perawat atau siapapun yang kayaknya lewat di depan ruangan tapi nggak ada yang nyahut. Mungkin lagi pada sibuk nanganin pasien lain. Bingung harus gimana agak lama alhamdulillah akhirnya ada perawat yang nongol. Saya dibantu berdiri dan diarahkan ke toilet. Waktu pipis baru sadar keluar darah dikit, tapi nggak sakit kayak waktu haid biasa. Waktu saya tanyakan ke perawatnya memang akan ada bleeding 2-3 hari ke depan. Okelah gapapa pokoknya saya nggak ngerasa sakit apa-apa. Saya kembali ditidurkan di ruang tunggu sebelum tindakan tadi karena emang masih agak pusing efek dari obat bius, lalu perawatnya membawakan saya teh hangat. Nah, setelah itu perawatnya bilang pelan-pelan ke saya kalau tadi pas waktu mau diambil sel telurnya ternyata semua sel telur saya yang mau diambil itu nggak ada, alias proses OPU saya GAGAL. Waktu denger itu lumayan shock tapi lebih ke arah pasrah...oalah adaa aja ujiannya 😔 Kata perawatnya mungkin karena dari awal treatment nya bukan bayi tabung sehingga mungkin ada hormon yang harusnya diblock nggak keblock akhirnya menstimulus ovulasi lebih awal. Wallahualam, banyak faktor. Trus kata perawatnya karena sperma sudah terlanjur ready jadi sayang kalau nggak dimasukkan. Tadi katanya Prof Bus dan suami sudah ngobrol dan sepakat akan dilakukan inseminasi buatan. Namun, yang melakulan tindakan bukan Prof Bus karena beliau ada keperluan sehingga diminta dokter lain (yang saya lupa namanya) untuk melakukan insem. 

Saya nunggu sampek dokternya dateng,kira-kira jam setengah 11 insem dilakukan. Insem ini prosesnya cukup sederhana, spermanya tinggal disuntikin aja lewat bawah jadi nggak sampek 5 menit udah selesai dan tanpa bius. Mungkin nggak enaknya waktu bagian bawah  "dibuka" agak lebar,tapi nggak sakit kok. Pokoknya lebih horor HSG 🙈 Setelah selesai, posisi kaki saya diangkat jadi lebih tinggi daripada kepala selama 30 menit. Nah masalahnya adalah saya kan puasa sejak malam sebelumnya. Terus posisi kaki lebih tinggi ditambah hanya kemasukan teh aja (harusnya saya minum air hangat aja karena teh malah bikin asam lambung naik), langsung kambuh tuh GERD saya. Waktu saya bangun langsung deh muntah-muntah huhu jadi ngotorin ruangannya. Untungnya perawatnya maklum banget. Saya dituntun ke ruang ganti untuk ganti baju dan keluar ruangan sekitar jam setengah 12. Alhamdulillah selesai lah semua proses tindakan hari itu. Karena proses OPU nggak jadi, kami ditagih biayanya sekitar 6,6 juta untuk tindakan insem aja termasuk obat hormon yang diminum selama 2 minggu pasca insem untuk menguatkan rahim. Saya juga diminta untuk bed rest selama 1 hari.

4 Inseminasi Buatan Untuk Membantu Cepat Hamil
Ilustrasi inseminasi buatan (Sumber:orami.co.id)


Ternyata, dramanya nggak berhenti disitu. Malam hari setelah insem hari itu suami dapet kabar kalau hasil swabnya 2 hari lalu positif! Gagal lah rencana bed rest karena mau nggak mau saya yang harus naik turun ambil makanan dan pergi swab untuk memastikan saya positif juga atau tidak. Alhamdulillah hasil swab saya negatif, suami juga swab lagi dan dinyatakan negatif. Intinya rada kacau lah beberapa hari itu hehe. Dan qadarullah saya haid tepat 2 minggu setelah insem, jadi pas obat penguatnya habis saya langsung ada flek. Awalnya ragu karena semalaman cuma keluar flek aja. Kalo cuma ngeflek kan bisa jadi malah hamil. Akhirnya sama Prof Bus disuruh test pack soalnya kalo emang positif harus cepet-cepet disuntik obat penguat karena takut kondisi flek itu berbahaya. Ternyata hasil tes pack saya negatif dan nggak lama setelah itu darah haidnya keluar seperti biasa. Sedih? Pasti sedih tapi saya nggak mau berlarut-larut dan berusaha meyakinkan diri bahwa semuanya adalah yang terbaik.

Seminggu kemudian kami konsul ke Prof Bus dan beliau menyarakan saya untuk istirahat promil selama 3 bulan. Harapannya bisa hamil spontan karena obat-obatan kemarin yang diberikan benar-benar diserap oleh tubuh. Dalam beberapa kasus biasa terjadi hamil di luar promil setelah promil insem atau bayi tabung gagal. Saya diminta datang lagi jika memang di bulan Februari 2021 nanti saya masih haid. Bismillah semoga ada keajaiban...😇

To be continued..


1 comment: