Cerita di bawah ini adalah pengalaman pribadi saya dalam mendapatkan buah hati karena ternyata Allah menakdirkan saya harus bersabar dan berjuang untuk mendapatkannya. Semoga cerita sedikit ini bisa bermanfaat bagi siapapun yang membaca dan membutuhkan informasi yang relevan.
***********************************************************************************
Sebenernya waktu awal menikah kami memang nggak berencana langsung punya anak at least 6 bulan pertama, meski nggak ketat-ketat banget juga sih batesannya hehe. Intinya santai dulu lah toh kami dulu sebelum nikah juga bukan yang pacaran kemana-mana bareng jadi mau nikmatin dulu gitu. Waktu bulan kedua atau ketiga pernikahan itu kami sempet ngira saya hamil soalnya saya sempet telat haid 10 hari. Eh tapi ternyata haid juga haha yaudah. Setelah 6 bulan ternyata saya memang nggak hamil, jadi kami mulai bener-bener ngepasin dengan jadwal subur saya. Setelah 3 bulan berlalu suami saya mulai curiga juga hmm kenapa ya kok nggak hamil-hamil. Suami konsul sama temen-temen dokternya dan ada yang merekomendasikan untuk minum asam folat, vitamin E, dan fetavita untuk yang perempuan. Sedangkan yang laki minum tonicard, vitamin E, dan oligocare. Supplemen ini sesuai dengan yang pernah diresepkan oleh dokter kandungan ke temen tersebut. FYI, supplemen-supplemen ini cukup pricey ya. Kami berdua minum supplemen-supplemen tersebut selama 3 bulan tapi juga belum ada hasil.
Suami akhirnya inisiatif untuk ngajak ke dokter kandungan karena dia ngerasa ada something wrong gitu sama badannya. Dia agak yakin kalau kayaknya dia juga bermasalah makanya kok nggak hamil-hamil. Sebenernya saya yang waktu itu belum siap untuk ke dokter karena takut huhu. Agak trauma ke dokter kandungan soalnya dulu waktu di Jepang pernah dicek lendir karena keputihan saya banyak (alhamdulillah hasilnya normal-normal aja, nggak ada yang salah dengan keputihan saya). Wah sakit banget deh waktu diperiksa dulu makanya saya sejak itu kayak nggak bakal mau diperiksa-periksa lagi sama dokter kandungan. Tapi karena suami meyakinkan bahwa kita bakal konsul aja dan kalau saya nggak mau diperiksa ya gapapa, yaudah akhirnya saya iyain deh. Jadi pada bulan Juli 2019 (tepat 1 tahun setelah menikah) kami ke Total Life Clinic Surabaya untuk konsul dengan dokter kandungan rekomendasi temen PPDS suami, dr. Frans OH Prasetyadi yang merupakan konsulen fetomaternal. Ternyata ya, meski niat awalnya suami yang pingin periksa tapi kalau menyangkut infertilitas gini tetep pihak perempuan yang dicek duluan. 😔 Saya yang waktu itu belum siap untuk diperiksa nangis dong sebelum masuk ke ruang dokter wkwk soalnya langsung mau dicek USG trans-vaginal. Tapi mau nggak mau saya harus beranikan diri, toh soon or later saya juga bakal diperiksa kan? Saat dicek USG kali pertama ini kondisi saya terlihat normal kata dokternya. Uterus sehat , nggak ada kista atau sejenisnya, dan ada 1 buah telur yang matang siap dibuahi. Oleh dr Frans kita dikasi jadwal berhubungan aja dan kembali lagi kesana kalau saya haid di bulan berikutnya.
Total Life Clinic (sumber facebook klinik) |
Qadarullah saya haid di bulan Agustus sehingga kami kontrol lagi ke dr. Frans di National Hospital. Saat itu dokternya ngecek bagian tubuh saya yang banyak rambut seperti tangan, kaki, dan pasti udah keliatan kalau saya punya "kumis" hehe. Lalu saya disuruh cek darah untuk analisis hormon di Lab National Hospital keesokan harinya. Suami juga diberi surat rujukan untuk tes sperma di tempat yang sama. Waktu diambil darah agak kaget juga sih soalnya yang diambil cukup banyak, sekitar 3 tabung ukuran sedang. Untung aja nggak pusing atau mau pingsan haha soalnya waktu itu saya pergi sendiri dan kondisi belum makan demi sesi tes tersebut. Oh iya untuk biaya agak mahal sekitar 2 juta lebih untuk ngetes saya dan suami. Singkatnya, keluarlah hasil tes lab yang ditunggu-tunggu. Hasil suami alhamdulillah normal dan sehat, sedangkan hasil tes saya menurut suami kayaknya oke-oke aja karena tertulis "Good Ovarian Reserve" di bagian tes kesuburan ovarium dan di bagian hematologi serta hormon angka-angkanya juga dalam batas normal.
Ternyata oh ternyata waktu dikonsulkan ke dokter saya didiagnosis menderita PCOS, Polycystic Ovary Syndrome. Hal ini dikonfirmasi dengan hasil hormon AMH saya yang sangat tinggi dan waktu dicek USG transV terlihat banyak telur kecil-kecil yang tidak matang. Berbeda sekali dengan apa yang saya lihat bulan lalu. Dr Frans meresepkan saya metformin yang harus diminum 2x sehari plus asam folat, disuruh olahraga aerobik minimal 30 menit tiap hari, mengurangi makan makanan manis, tidur teratur, serta nggak boleh stress. Pokoknya hidup sehat gitu dan jangan sampai berat badan naik. Saran yang lain adalah sering-sering berhubungan. Kami disuruh balik lagi jika dalam 3 bulan belum hamil.
Sumber: klikdokter.com |
Saya dan suami akhirnya mulai baca-baca literatur terkait PCOS ini. Jujur aja cukup kaget pas divonis PCOS karena kalau diliat dari ciri-ciri utamanya saya nggak ngerasa gitu. Biasanya wanita dengan PCOS itu cenderung obesitas dan haid tidak teratur, sedangkan saya kurus trus haidnya tiap bulan. Meski kayaknya dalam belasan tahun saya haid ada yang memang beberapa kali siklus haidnya lebih dari 30 hari. Penyebab PCOS ini karena hormon yang tidak seimbang. Ada resistensi insulin dalam tubuh sehingga tubuh menghasilkan hormon androgen (hormon laki) lebih banyak dibanding dengan hormon perempuan. Karena itu saya disuruh minum metformin yang merupakan obat diabet. Hasil AMH saya yang tinggi menunjukkan jumlah telur saya yang memang banyak, tapi karena kekurangan hormon perempuan maka telur-telur tersebut tidak matang (disebut kista) sehingga tidak terjadi ovulasi. Sedih pasti ya tapi di bulan-bulan berikutnya saya berusaha melakukan anjuran dokter. Contohnya saya paksa untuk senam aerobik di rumah dengan panduan instruktur via youtube. Sempet nyoba makan beras merah juga tapi ujung-ujungnya saya nggak nafsu makan wkwk jadi saya stop.
Bulan November, kami balik konsul dokter lagi karena saya belum hamil. Kami berdiskusi beberapa hal lalu atas permintaan suami saya dikasi rujukan ke Pramita untuk melakukan HSG (Histerosalpingografi). HSG ini khusus mengecek rahim dan tuba fallopi menggunakan X-Ray. Waktu saya baca-baca prosedur HSG ini saya jadi stres berat sampek GERD saya kambuh akhirnya muntah-muntah wkwk. Liatnya aja seremm..saya jadi takut bayangin kalau ngerasain beneran gimana huhu. HSG di Pramita Surabaya bisa dilakukan di cabang Ngagel, Jemursari, Adityawarman, dan HR Muhammad. Biayanya sebesar 1,5 juta dan pasien bakal diberi tau syarat-syarat sebelum melakukan HSG seperti dilakukan di hari haid ke 10-13, tidak boleh berhubungan sejak selesai haid hingga prosedur HSG dilakukan, serta memotong rambut di sekitar kelamin. H-1 sebelum HSG saya dikabarin kalau dokternya bisanya pagi, sedangkan suami harus ke RS. Akhirnya saya ditemenin mama ke Pramita meski waktu HSG nya juga nggak boleh ditemani siapa-siapa sih. Alhamdulillah prosedur HSG berjalan lancar meski memang sakittt. Saya "disuntik" anastesi lewat bawah lalu disuntikkan cairan untuk diambil foto X-Ray. Untungnya saya nggak mules lama-lama jadi bisa cepet pulang dan nggak ada keluhan sakit apapun setelah itu. Sensasinya bener-bener kayak orang lahiran gitu alhamdulillah dapet dokter cewek. Oh iya setelah HSG ini juga nggak boleh berhubungan selama 3 hari. Sorenya hasil HSG bisa diambil dan alhamdulillah sekali tuba fallopi plus posisi rahim saya normal. Setelah itu kami balik lagi ke dr. Frans untuk konsul HSG yang sudah keluar. Kata dokter saya tetep disuruh minum metformin dan balik lagi awal tahun 2020 jika belum hamil untuk melanjutkan ke prosedur selanjutnya.
FYI, komponen biaya tiap kontrol ke dokter spesialis kandungan adalah sebagai berikut:
- Biaya dokter sekitar 400-450 ribu
- Biaya admin RS/klinik sekitar 45-50ribu
- USG transV dan perlengkapannya sekitar 200ribu
Kalau ditanya apa diluar jalur medis saya pernah mencoba program hamil yang lainnya? Jawabanya iya, tentu dengan saran dari orang tua dan keluarga terdekat. Tapi saya pilih-pilih juga mana yang saya yakini masih bisa dilakukan dan nggak terlalu aneh-aneh. Apalagi suami dokter jadi dia nggak approve kalau model yang pijet-pijetan gitu. Tapi kalau saya tetep mau nyoba minum atau makan makanan tertentu it is ok asal semuanya dibikin sendiri, jadi bukan beli jamu bubuk atau sesuatu yang dikemas. Menurut suami, semua makanan dan minuman yang disarankan itu baik untuk tubuh tapi bukan menjadi alasan yang bisa menyembuhkan PCOS saya atau bikin saya hamil karena nggak sesederhana itu solusinya hehe. Waktu kami umroh di tahun 2019, ortu mertua membawa kacang hijau ke dalam Masjid Nabawi maupun Masjidil Haram untuk didoakan. Rebusan kacang hijau itu saya minum waktu udah pulang di Indonesia. Waktu umroh sampai pulang pun saya rajin minum air Zam Zam dan makan kurma muda yang warna hijau. Ibu Mertua juga rajin mengirimi saya potongan kunyit, sereh, dan temulawak yang nanti diseduh lalu ditambah madu plus jeruk nipis. Katanya resep ini baik untuk promil menurut dokter yang mengampanyekan JSR. Kalau kata ayah saya rajin-rajin minum air degan ijo. Saya juga dikirimin tante buah zuriyat yang katanya air rebusannya terkenal untuk promil.
To be continued...
No comments:
Post a Comment